Sejenak untuk sesaat sembari menghilangkan dahaga kuminum es teh manis ini
semilir angin menyapu mendung diatas ubun-ubunku
terdiam lalu ku bisikan pada alam ‘’ada apa dengan negeriku
adik-adiku yang masih belum merasakan manisnya madu pendidikan
saudaraku yang mampu melihat namun buta dan membutuhkan tongkat
tentang apa itu korupsi,pembunuhan,dan keadilan
kemudian tangan membawaku menjamah beberapa lembaran kertas
Aku baca dan betapa kaget seorang ibu tega membunuh anaknya
lembaran itu aku remas sekuat mungkin
seperti aku ingin memukul kebiadabbanya
lalu tak lama barisan bala tentara semut berjejer dengan rapinya
hanya karena aku menjatuhkan sebutir gula
negeri semut ini sungguh asyik dan manis banyak ingin mendapatkan sebutir gula
tapi mereka dapat berjalan dalam baris yang rapi tanpa saling sikut dan pukul
bagaimana dengan negeriku,entahlah ! kini Cahaya senja mulai redup
betapa cepat perputaran dari pagi ke sore
semilir angin membuyarkan lamunan bahwa aku harus pulang
sebentar kupandang senja dengan lirih
sambil kubuang bungkus minumanku
negeriku tak semanis es teh yang kuminum.
(Lidah wetan,Surabaya 31/18)
Comments
Post a Comment