Skip to main content

Merajut Benang Merah


Saya mulai dari sebuah unek-unek yang seperti rajutan benang tumpang tindih, bahwa saya tumbuh dan besar dengan ketakutan terhadap sekolah dan guru, terlebih bila dihadapkan  pelajaran seperti matematika, kimia dan fisika membuat hari-hari sekolah serasa memasuki film “ final Destination” mengerikan..! Pada SMA aku masuk jurusan IPS yang selau di cap berisik dan suka bikin onar dan sampai titik ini ketakuttanku dengan sekolah dan guru sudah nyaris tidak ada, tapi matematika masih menjelma bak  boneka Annabelle, membuat merinding dan ingin lari saja. SMA dengan berbagai hal dan kisah menarik yang aku alami bersama teman-teman, guru, cewe yang aku sukai  namun tak pernahi sampai, penjaga kantin sampai tukang jual pentol yang stay di masjid saat jam istirhat, pada fase inilah aku mulai menyusun dan melihat jika nanti sudah lulus mau apa dan jadi apa?.. dan aku menyadari pilihan-pilihan itu lebih sulit  dan lebih menakutkan dibandingkan ruwetnya rumus  matemaika atau marahnya Pak Wawan. Ini fase  dimana aku seperti sekoci ditengah lautan luas yang di amuk ombak, jujur endas mbeliyeng.

Setelah  lulus dari SMA (Smangi), dan mengejutkan bahwa aku benar-benar  menjalani final Destination yang seseunguhnya dalam kehidupaan, Yah, aku merantau ke  Kalimantan untuk daftar menjadi seorang polisi, setelah di tanah rantau hal hal yang tidak mulus pun aku alami, seperti ikut jualan nasi bebek, belanja di pasar, sampai kerja di koperasi dan menarik tagihan setiap hari. Secuil kisah itu masih menjadi sapu tangan merah yang aku simpan rapi rapi dalam setiap episode hidup, plis jangan bilang itu keren,, itu menyeramkan. Singkat cerita aku memutuskan memilih jalan untuk kuliah, dan kembali ke jawa, dunia kuliah sedikitpun aku tidak paham, apa itu univeristas, jurusan, fakultas dan sebagainya, yang aku tau anak kuliah itu asyik, cewenya cantik-cantik, bisa pacaran,  ahh menyenangkan sekali rupanya, yah kau benar aku tau semua  itu dari sinetron sctv hihi.. Cuma itu bekalku sebelum masuk kuliah, seblum semua proses pendaftaran dan lain sebagainya di urus semua oleh teman terbaiku Indra dan Bodrek alias andri.  2013 aku diterima di Univeristas Negeri Surabaya, dan masuk pada  jurusan PGSD,  Ahamdulilah keren batinku, entah nanti bakal jadi apa dan bagaimana yang penting aku telah lepas dari mimpi-mimpi buruk. 

Menyenangkan dan pamernya aku memiliki almamater dengan segala kesiapan untuk merasakan indahnya dunia perkuliahan, mencari kenalan cewe cantik selanjutnya aku jadikan pacar seperti disinetron”.. tapi …seiring berjalan waktu…jancukk tenan aku mengalami final Destination season 2, matemitka, statistik, fisika, dosen killer, anak kos yang menjadi duta indomie karena saking seringnya kami makan indomie tengah malam, cerewetnya ibu kos semua itu aku alami dan menjadi sapu tangan merah untuk kedua kalinya. Disnilah aku mulai tumbuh dan di godok benar oleh kehidupan, sampai pada 2017 aku dinyatakan sebagai sarjana, dan mengambil keputusan  lanjut studi S2, untuk sekali lagi merasakan nuansa  final Destination. Saya mungkin edan dari orang yang penakut dengan sekolah, guru dan matematika malah memasuki dunia Pendidikan baru  yang mungkin bisa jauh lebih menakutkan.

Pada akhirnya saya lulus studi S2 di tahun 2019, alhamdulilah tepat waktu bila tidak, emak dan bapak bisa ngomel yang melebihi ledakan bom atom atau nuklir. Aku selalu mempercayai bahwa jodoh, rejeki dan pati sudah digariksan, baik  aku  atau kalian semua suatu saat nanti bakal di pertemukan dengan moment itu, entah Tuhan akan menjadikan aku sebagai guru, pegawai bank, karyawan restoran, penyiar radio, pedagang atau apapun, satu hal yang pasti bahwa siap atau tidak siap aku harus siap, kenyataan nya hidup mesti terus berjalan, bahkan anak ayam yang baru lahirpun bisa ceker untuk mencari pakan.  Kini benang-benang yang sudah aku rajut dengan segala pahitnya, bahwa dulu aku di titipi kini menjadi seorang yang harus menitipkan.

Ya..Aku dititipi banyak oleh orang tuaku, guru, dan dosenku dari yang pentig sampai konyol.. kamu juga begitu, kan?.. jumlahnya tak terhitung” bukankah ini sudah saatnya untuk kita? Untuk berubah dari yang dititipi jadi yang menitipkan sesuatu memang merepotkan, tapi kita tidak terus begini..’’ suatu saat, kau juga akan jadi  yang mentraktir, dan di panggil guru, Pak atau Ibu, kita juga tidak bisa terus jadi anak-anak, kalau ingin jadi keren seperti mereka.

Aku telah mencapai sebuah kesimpulan yang menakutkan bahwa aku adalah unsur penentu di dalam kelas. Pendekatan pribadikulah yang menciptkan iklimnya. Suasana hatikulah yang membuat cuacanya. Sebagai seorang guru aku memiliki kekuatan yang sangat besar untuk  membuat hidup seseorang menderita atau gembira. Aku bisa menjadi alat penyiksa atau alat pemberi ilham. Aku bisa mempermalukan atau bercanda, melukai atau menyembuhkan. Dalam semua situasi, reaksikulah yang menentukan apakah sebuah krisis akan memuncak atau mereda dan apakah seseorang akan di perlakukan  sebagai manusia atau direndahkan.

Yaa, orang-oang sama indahnya  seperti matahari terbenam jika aku bsa membiarkan mereka jadi diri sendiri. Aku tidak mencoba mengatur matahari terbenam; aku melihatnya penuh kekaguman, dan aku paling menyukai diriku ketika aku mengagumi terbentangnya sebuah kehidupan.

Jika cobaan sepanjang  sungai maka kesabaran itu seluas Samudra

Jika harapan sejauh hamparan mata memandang, maka tekad mesti seluas angkasa membentang

Jika pengorbanahn sebesar bumi maka keikhlasan harus seluas jagad raya.

Berjuanglah saat kuasamu tak lagi dapat menjangkau apa yang kau inginkan, mungkin disaat itulah tangan Tuhan akan berkuasa padamu. Episode kehidupan akan selalu berjalan dengan berbagai cerita dan isinya. kita hidup seperti layang-layang yang diterbangkan angin, kita bebas,  bisa naik dan turun, kalau  angin, kerangka, dan benang masih cukup kuat, kita masih berhak, layak  untuk terbang, sampai Tuhan benar-benar menyuruh  untuk turun dan itu artinya kita sudah waktunya untuk kembali pulang.


Comments

  1. Tak komen tapi jangan dikomen balik hahahaha..
    Tulisanmu asik, seperti kopi hitam yang hangat.
    Asik = asmara mengusik hahahaha

    ReplyDelete
  2. apik mas, baru tau sampean pernah ke Kalimatan sebelum kuliah. saran masih terkesan terburu2.

    ReplyDelete
  3. Asyik.. enak dibacanya... Tak tunggu next chapternya :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Magis NoveL Sang Penyair Karya Mustafa Lutfi Al-Manfaluti

Novel Sang Penyair karya Mustafa Lutfi el-Manfaluti,  Sebuah novel yang amat biasa ketika pertama kali aku menemukan di pojok rak Perpustakaan SMA dulu,  sampul sederhana hanya gambar orang eropa dengan judul sekadarnya saja" simple sekali, fikirku saat itu , dan belum tentu novel  ini bakal menyajikan balada yang membius pembacanya. Novel dengan tebal315 halaman  aku bawa pulang kerumah dan membacanya  per halaman  saking tebalnya novel itu7 hampir tuntas tiga minggu lebih, dan ada sesuatu yang menarik kutemukan. kau bisa membaca dan menyelami sambil menikmati secangkir kopi.    Kau tahu, inilah salah satu kelemahan jiwaku. Kelemahan yang aku nikmati dan aku kagumi satu-satunya. Dengan hidup seperti ini, aku memperoleh kenikmatan yang luar biasa dan engkau tak akan mampu mengetahui kenikmatan jiwa yang aku peroleh. Kenikmatan yang aku lihat dengan perasaan bahagia, walupun orang mengumpat dan mengutuki aku. Semua hinaan, sumpah serapah yang ...

Tawa Terakhir Joko Pinurbo Oleh: Hengky Dj

Sabtu sore waktu surabaya, maghrib mengambang diatas gedung sekolah dasar Klampis Ngasem 1, berisiknya suara kendaraan, lalu lalang membuat jalanan harus lebih dipenuhi dengan kesabaran. Melepas lelah dengan secangkir teh panas dan lantunan   musik Bosonova adalah cara laki-laki seperti kami mengusir segala keletihan yang membombardir tubuh. Pesan singkat dari Andri Kurniawan seorang guru sejarah yang gila akan sastra, membawa pesan duka bahwa Joko Pinurbo telah pulang dan selesai dengan puisinya. Iya… Untuk selamanya!. Kabar sedih teruntuk sastra Indonesia. Joko Pinurbo, si penyair dengan kreativitas melampaui batas, telah menghembuskan napas terakhirnya setelah melawan penyakit yang tak kalah kerasnya dari kepalanya yang selalu dipenuhi kata-kata indah. Ketika berita wafatnya Joko Pinurbo mencuat, dunia sastra Indonesia seakan kehilangan bintangnya yang selalu mampu membuat kata-kata berdansa seperti orang kesetanan di atas kertas kosong. Para penggemar sastra yang biasanya ten...

Diskon Keadilan: 6,5 Tahun

Panggung keadilan negeri ini kembali menyuguhkan drama yang lebih mengguncang daripada sinetron prime time. Kali ini, Harvey Moeis, seorang pengusaha sekaligus suami dari artis ternama Sandra Dewi, sukses mendapatkan "promo akhir tahun" berupa hukuman hanya 6,5 tahun penjara atas dugaan korupsi dana sebesar 300 triliun rupiah . Sebuah angka yang cukup untuk menutupi defisit APBN, tapi malah menjadi tiket emas untuk "liburan berfasilitas eksklusif." Bayangkan, dana sebesar itu bisa membangun puluhan rumah sakit, ribuan sekolah, atau bahkan menggaji ribuan guru honorer hingga tuntas. Tapi sayangnya, rakyat kecil hanya bisa gigit jari, sementara sang pelaku menikmati hasil jerih payah "dana abadi" rakyat. Adakah yang lebih ironis dari ini? 1.        Keadilan ala Negeri Dongeng Seperti di negeri dongeng, keadilan di negara ini terasa seperti cerita fiksi. Untuk mereka yang punya nama besar dan hubungan erat, hukum menjadi elastis—mudah dilenturkan. Band...