Sambil melihat mentari sore yg tak lama lagi kan segera berlalu.
hembusan angin melambai membuat rerumputan dan dedaunan menari meliuk-liuk.
sejenak ku coba memejamkan mata dan kembali ku tatap langit
sungguh indah....
lalu kusapa perlahan...padamu yang sedang sakit..di gubuk kecil ini lah...aku dan mereka merintih dalam tangis tanpa air mata,
kepadamu yag selalu kami banggakan...
Apa kabar negeriku???...
sudahkah sembuh luka2 keegoisan dalam hukum dan keadilan
sudahkah siuman dr tidur yg berkepanjangan.dan tak lupa ku sapa teman karibku
korupsi bagaimna kabarmu ?
Aku harap kau tak lagi memiliki kabar.
Oh ya tak lupa juga padamu idaman
Wahai narkoba apa kabarmu? Aku harap segeralah musnah aku tak ingin melihatmu lagi.
Sore itu aku masih duduk terpaku,,
Mungkinkah aku masih bisa melihat tanah surga.
Atau sekedar menyaksikan Pelangi di usia rumahku yang sudah 70 tahun.
Akulah si kecil dengan derita yang selalu bangga.
Langit nampak cerah namun Gerimis menetes.bercampur dengan tetesan yang keluar dari mataku.
Dan kulihat pelangi bersinar diatas bendera yang kukibarkan diatas gubuk kecilku..
Kuberi hormat dengan dada membusung agar dunia tau bahwa aku masih bisa
berdiri... Aku sedikit lelah, kuminum es teh yg kubawa dari
rumah.sejurus kemudian kubuang bungkus minumanku
"Negeriku tak semanis es teh yg kuminum.
Comments
Post a Comment