Skip to main content

Sang penyair


"aku akan bahagia karena aku adalah sang penyair.seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya.ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya,menampakkan perasaan jiwa yang bukan suara hatinya.ia akan berperan sebagai pemberani padahal ia pengecut.berperan bahagia padahal ia......menderita.ia juga bisa berperan sebagai pecinta,yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain.
dia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu,merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu.meminum perasaan sukmaku dari gelasmu.menyanyikan irama laguku,tetapi dari kenyaringan suaramu"


Dari kalimat tersebut aku bisa mengajukan beberapa pertanyaan,benarkah jiwa sang penyair seperti lilin,rela hangus terbakar dan sirna untuk menghindarkan dunia dari kegelapan,menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain?
benarkah seorang penyair yang memiliki kelembutan jiwa, bisa menanggalkan selubung kemanusiaannya,dan terbang menjadi manusia super.berjiwa dewa berhati malaikat,dan bersedia menyerahkan apa yang ia miliki untuk musuh sekalipun?mampu menekan bahkan mengubur segala ambisi.kecuali ambisi untuk membahagiakan orang lain.
Jika ada manusia seperti itu.maka kita perlu berguru mengenai perasaan cinta kasih yang saat ini sudah menjadi"Barang"langka dinegeri yang memiliki budaya adi luhung ini.
Atau mungkin jiwa penyair,sebenarnya dimiliki semua orang yang sedang dibelai desir lembut angin cinta?sehingga dengan cinta,yang kerap disebut'Mansion of God'sabda tuhan,manusia memiliki kepekaan jiwa,dan mengangkat dimensi kemanusiaan menjadi sebaik bentuk.Insan Kamil(bukan Medina Kamil)lho (prenter jejak petualang)atau manusia sempurna(kata lagunya Radja).karena selalu ingat,tenggang rasa denga manusia lain.ikut menangis jika melihat penderitaan orang lain,hanyut dalam ratapan kesedihan orang-orang yang merana,marah bersama kaum tertindas,bangkit mengangkat kesaksian bersama kaum kusam,serta tidak ikut menjarah,memperkosa,merampas harta,kekayaan dan kebahagiaan orang lain.manusia yang dalam hatinya ada satu partikel bermuatan cinta,mampu menghadirkan kesejukan,menawarkan kebahagiaan,memberikan penghargaan pada manusia lain,tanpa harus memandang perbedaan suku,agama ras dan budaya.
Jika memang cinta bisa menghadirkan jiwa-jiwa yang tercerahkan,menjadikan manusia seperti matahari yang memberi sinar kepada siapapun,maka kita perlu mencari cinta yang sejak beberapa waktu terakhir nyaris punah dinegeri yang penuh sopan santun ini.
Atau mungkin seorang penyair memang diberi anugerah oleh tuhan,untuk mengurai haqeqat cinta,meninggalkan jejak cinta agar dapat menjadi pelajaran,mengabarkan'SABDA TUHAN'dalam hati agar manusia bercermin ,sesekali menghapus daki-daki dengan pembersih MORAL,dan terkadang memakai bedak ETIKA serta parfum TAULADAN,sehingga manusia dapat berbenah diri,dan selalu tampil menyenangkan bagi manusia lain.
jika memang demikin,mengapa tuhan tidak memberi anugerah pada bangsa beragama ini seorang penyair yang dapat membawa kesejukan,memadamkan bara api dendam dan ambisi tanpa batas?
Walaupun kita sering berguru pada Muhammad SAW tentang ketulusan jiwa,menyimak wejangan kelembutan dari Isa Almasih,berdiskusi tentang bagaimana menjadi orang bijak pada Sidharta Budha Gautama,atau sesekali asyik masyuk merasakan mahabbah dengan Jellaludin Rumi,menghayati kepedihan dan menerbangkan angan-angan dibawah bimbingan Kahlil Gibran,dan masih banyak tokoh lain,tapi mengapa keakraban kita dengan mereka tidak pernah berbuah pada tingkah laku berbangsa dan bernegara?mengapa justeru perilaku kita sangat dekat dengan Machiavelli,Mussolini,Hitler,Dasamuka,Mak Lampir dan tokoh-tokoh bengis yang lain?
Atau mungkin keindahan dunia dan kebaikan manusia hanya ada disyair para penyair,diangan-angan kaum pecinta,goresan kuas para pelukis,di suara merdu bak buluh perindu para penyanyi,dikepusingan para kaum filosof,dalam rumus-rumus memabukan kaum cerdik pandai?sebab cinta,keindahan dunia,kebaikan manusia tidak pernah hadir dalam diri kita.senantiasa kita melihat amuk dandam,api peperangan,ambisi tirani,mantra-mantra membius dan memabukkan para politisi dan jenderal perang yang semua itu tidak indah,tidak baik dan tidak sesuai dengan haqeqat cinta.


Para jenderal perang selalu dengan lantang mengatakan"Atas dasar cinta tanah air,mari kita bunuh musuh kita"kaum agamawan juga acap kali mengkhotbahkan"Atas dasar kebaikan dan keluhuran agama,mari kita lawan kaum pendosa"para politisi berorasi"kita berkewajiban menegakkan negara dan hukum,karena itu siapapun yang menghalangi jalan kita harus dilibas dan dihabisi,darah mereka halal".
Bukankah nyawa adalah milik tuhan?lantas atas seijin siapa manusia boleh menghilangkan nyawa yang diberikan tuhan?atas dasar perintah dan kewenangan siapa kepala-kepala dipenggal,tubuh-tubuh terpanggang,kaki dan tangan diamputasi?apakah semua itu dilakukan untuk cinta,kebaikan dan keluhuran?jika cinta,kebaikan dan keluhuran berarti kita boleh memenggal kepala dan membakar badan,maka alangkah baiknya jika tidak ada cinta,tidak ada kebaikan dan keluhuran.
Mengapa harus ada korban diSampit,Ambon,Aceh dan berbagai daerah lain diNusantara ini.mengapa pohon-pohon dan bangunan megah harus ditumbangkan,dibakar,dihancurkan hanya demi mempertahankan kekuasaan?
Bisa jadi kita terlalu repot mendefinisikan tentang cinta,sibuk menghabiskan berlembar-lembar kertas berliter-liter tinta untuk merangkai keinginan atau dambaan mengenai kehidupan nan indah,yang kemudian kita simpulkan sendiri sebagai haqeqat cinta dan keindahan,keluhuran dan kebaikan?manusian yang sejak semula sudah akrab dengan kekerasan,setan menipu Adam,pembunuhan antar dua putra Adam dan berbagai kekerasan lain yang selalu menyertai perjalanan kehidupan tanpa kekerasan,membayangkan kekuatan cinta yang dapat membuat manusia berkhayal membayangkan kehidupan,membayangkan kekuatan cinta yang dapat membuat manusia berhati suci seperti malaikat.
Jika agama telah menjadi dogma-dogma,maka doa-doa akan kehilangan makna,jika cinta sudah menjadi rumus-rumus logika,maka kasih sayang akan terpenjara,jika agamawan selalu menganggap orang lain kotor,maka kesucian hanya bahan gurauan,jika kaum lelaki menganggap kaum wanita adalah tubuh tanpa rasa,maka akal sehat sudah terbekukan,dan jika kaum perempuan menganggap lelaki adalah mesin,maka kelembutan sudah tidak berarti,jika penguasa menganggap rakyat adalah masa,maka hukum akan selalu diludahi,jika kaum politisi menilai manusia adalah deretan kepala,maka kebenaran hanyalah fatamorgana,dan jika cinta sudah dianggap barang dagangan,maka dunia sudah berada diujung kehancuran.

Comments

Popular posts from this blog

Magis NoveL Sang Penyair Karya Mustafa Lutfi Al-Manfaluti

Novel Sang Penyair karya Mustafa Lutfi el-Manfaluti,  Sebuah novel yang amat biasa ketika pertama kali aku menemukan di pojok rak Perpustakaan SMA dulu,  sampul sederhana hanya gambar orang eropa dengan judul sekadarnya saja" simple sekali, fikirku saat itu , dan belum tentu novel  ini bakal menyajikan balada yang membius pembacanya. Novel dengan tebal315 halaman  aku bawa pulang kerumah dan membacanya  per halaman  saking tebalnya novel itu7 hampir tuntas tiga minggu lebih, dan ada sesuatu yang menarik kutemukan. kau bisa membaca dan menyelami sambil menikmati secangkir kopi.    Kau tahu, inilah salah satu kelemahan jiwaku. Kelemahan yang aku nikmati dan aku kagumi satu-satunya. Dengan hidup seperti ini, aku memperoleh kenikmatan yang luar biasa dan engkau tak akan mampu mengetahui kenikmatan jiwa yang aku peroleh. Kenikmatan yang aku lihat dengan perasaan bahagia, walupun orang mengumpat dan mengutuki aku. Semua hinaan, sumpah serapah yang ...

Diskon Keadilan: 6,5 Tahun

Panggung keadilan negeri ini kembali menyuguhkan drama yang lebih mengguncang daripada sinetron prime time. Kali ini, Harvey Moeis, seorang pengusaha sekaligus suami dari artis ternama Sandra Dewi, sukses mendapatkan "promo akhir tahun" berupa hukuman hanya 6,5 tahun penjara atas dugaan korupsi dana sebesar 300 triliun rupiah . Sebuah angka yang cukup untuk menutupi defisit APBN, tapi malah menjadi tiket emas untuk "liburan berfasilitas eksklusif." Bayangkan, dana sebesar itu bisa membangun puluhan rumah sakit, ribuan sekolah, atau bahkan menggaji ribuan guru honorer hingga tuntas. Tapi sayangnya, rakyat kecil hanya bisa gigit jari, sementara sang pelaku menikmati hasil jerih payah "dana abadi" rakyat. Adakah yang lebih ironis dari ini? 1.        Keadilan ala Negeri Dongeng Seperti di negeri dongeng, keadilan di negara ini terasa seperti cerita fiksi. Untuk mereka yang punya nama besar dan hubungan erat, hukum menjadi elastis—mudah dilenturkan. Band...

Eling–Eling Kereto Rupo Menungso

Surabaya. Selepas mengusir dahaga dengan es teh sayu-sayu terdengar lantunan sayir “ ono tangis kelayung-layung  tangise wong kang wedi mati  “  lantunan singkat tembang jawa tersebut membawaku pada pelamunan amat dalam mengenai kehidupan” ya betapa amat mahalnya syair tersebut, sehingga sengaja membuat saya  menulis di blog ini agar syair tersebut tidak lenyap, kikis dimakan perubahan zaman.  Semoga bisa menjadi perenungan, pelajaran dan membuat kita untuk “  iling”. Berikut beberpa kumpulan syair (tembang) agar kita selalu ingat akan mati dalam versi jawa. Eling-Eling Wong Urip Bakale Mati Alohumma Sholli Wa Salim ‘Ala, Sayidina Wa Maulana Muhammadin …… Eling-Eling Wong Urip Bakale Mati Ojo Bungah Ono Dunyo Mulyo Mukti Ngluru ‘Ilmu Lan Ngibadah Ingkang Yekti Ngluru ‘Amal Wiwit Urip Tumeko Mati Wajib Pasrah Wong Asor Maring Pengeran Sarto Nderek Nabi Kang Dadi Pungkasan Rukune Islam Iku Limang Perkoro Ingkang Ndingin Ngucapaken Syahadat L...