Gemuruh angin dan mendung mengambang diatas ubun ubunku
nyatanya hujan turun di bulan januari..
di tengah gerimis yang menjelma menjadi hujan
ia berlalu dengan payung hitam itu.
dada yang teramat sesak..
teramat samar antara hujan yang bercampur tiap tetesan
bagaimana mungkin ?
benang yang terajut hanyut dalam barisan aliran ke nistaan
langit meradam gelap menjadi bahasa melukis diatas kepingan jiwa yang tak lagi tertata
apa engkau kan tau.
penahanan terhadap kedap begitu amat menyesak
seperti tunas yang kian kan tumbuh lalu terinjak
tanpa biarkan mekar membwa harum
ditas langit saksi membwa air mata langit
semua akan melayu di hujan sore ini
iya di januari.ini.
di tengah gerimis yang tidak mau berhenti.
Novel Sang Penyair karya Mustafa Lutfi el-Manfaluti, Sebuah novel yang amat biasa ketika pertama kali aku menemukan di pojok rak Perpustakaan SMA dulu, sampul sederhana hanya gambar orang eropa dengan judul sekadarnya saja" simple sekali, fikirku saat itu , dan belum tentu novel ini bakal menyajikan balada yang membius pembacanya. Novel dengan tebal315 halaman aku bawa pulang kerumah dan membacanya per halaman saking tebalnya novel itu7 hampir tuntas tiga minggu lebih, dan ada sesuatu yang menarik kutemukan. kau bisa membaca dan menyelami sambil menikmati secangkir kopi. Kau tahu, inilah salah satu kelemahan jiwaku. Kelemahan yang aku nikmati dan aku kagumi satu-satunya. Dengan hidup seperti ini, aku memperoleh kenikmatan yang luar biasa dan engkau tak akan mampu mengetahui kenikmatan jiwa yang aku peroleh. Kenikmatan yang aku lihat dengan perasaan bahagia, walupun orang mengumpat dan mengutuki aku. Semua hinaan, sumpah serapah yang ...
Comments
Post a Comment