Skip to main content

Hujan Bulan Desember

        Masih terbayang di benak saya bagaimana kamu memperlakukan saya sebagai opsi, bukan pilihan pertama. Jungkir balik saya bertanya, “Apa yang kurang dari saya?” sampai tak cukup memberimu alasan berhenti dan menetap hanya di dada saya. Kamu pernah jadi alasan saya menunda impian. Menghancurkan "life plans" yang sempat saya gadang-gadang sendiri. Melihatmu berjalan di dua hubungan sekaligus  mempertahankan saya, sementara ikatan lain jalan terus membuat hati saya sungguh terberangus. Bukan hanya terbakar, saya sempat hangus. Tapi saya penyintas yang tangguh. Terbukti saya berhasil mengalahkan rasa nyeri itu meski penuh peluh. Saat kelak kita bertemu lagi, tetap akan kamu temukan sungging senyum saya yang penuh. Hati saya sempat kamu tikam, hampir terbunuh. Namun serakan hati itu kini menguatkan saya hingga ke pembuluh. Jika kita bertemu lagi nanti, tolong berhenti bertanya apa yang membuat saya sedingin ini. Seharusnya kamu sudah cukup tahu diri. Kamulah yang membuat saya menghantam apapun yang dunia beri tanpa kernyit di dahi kiri. Seakan badan ini punya kemampuan built in untuk memperbaiki diri sendiri. Jujur saja. Tanpamu, saya pernah menekuk lutut ke dada lalu menangis tanpa henti. Hidup sempat terasa kosong sekali. Ada masa saya terbangun jam dua pagi, teringat kamu, membayangkan apa yang sedang kamu lakoni. Lalu mengutuk dan menyalahkan diri sendiri. Mengapa karena kurangnya saya kamu harus pergi? Tapi kini saya mengerti. Atau memang semesta berbaik hati memberikan kesadaran ini. Bukan saya yang tak cukup memberi. Toh jika diingat lagi saya sudah memberikan semua yang  wanita bisa tawarkan agar prianya tak pergi. Kamulah yang memang tak bisa mencukupkan diri. Merasa harus mengikuti ingin dalam hati, tanpa peduli ada degup kecil yang bisa tersakiti. Saya tak ingin mendoakanmu agar keburukan menghampiri.  
       Ini bukan urusan benci.Jauh pula dari perkara bagaimana  kamu menginjak-injak harga diri. Malah karena perlakuanmu yang seenak hati saya mengerti bagaimana perlakuan yang layak saya terima dan beri. Kamu menjadikan saya manusia yang menghargai diri sendiri. Hati saya kini tak lagi utuh. Karenamu, ada sisinya yang remuk dan rapuh. Tapi tegas saya minta agar kamu tetap menjauh. Kamu bukan lagi orang yang kini saya masukkan dalam kompartemen “butuh”. Bukan juga pribadi yang mati-matian saya pertahankan komitmen bersamanya agar tak dihantam jenuh. Ikhlas, saya biarkan tumpukan kenangan dan rasa sakit itu jatuh. Episode kita yang kertasnya keriting karena perlakuan burukmu sudah saya buang jauh-jauh. Sekarang, silakan berkemas. Pintu keluar selamanya ada di sisi kiri.

Nya Desember telah benar- benar hujan, selamat jalan semoga dikehidupan abadi  nanti kita bisa berjumpa kembali. 


Comments

  1. Bagus, kalimatnya sungguh menusuk. Nyata sekali sakit hatinya dibangun dalam cerita. Keren.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Magis NoveL Sang Penyair Karya Mustafa Lutfi Al-Manfaluti

Novel Sang Penyair karya Mustafa Lutfi el-Manfaluti,  Sebuah novel yang amat biasa ketika pertama kali aku menemukan di pojok rak Perpustakaan SMA dulu,  sampul sederhana hanya gambar orang eropa dengan judul sekadarnya saja" simple sekali, fikirku saat itu , dan belum tentu novel  ini bakal menyajikan balada yang membius pembacanya. Novel dengan tebal315 halaman  aku bawa pulang kerumah dan membacanya  per halaman  saking tebalnya novel itu7 hampir tuntas tiga minggu lebih, dan ada sesuatu yang menarik kutemukan. kau bisa membaca dan menyelami sambil menikmati secangkir kopi.    Kau tahu, inilah salah satu kelemahan jiwaku. Kelemahan yang aku nikmati dan aku kagumi satu-satunya. Dengan hidup seperti ini, aku memperoleh kenikmatan yang luar biasa dan engkau tak akan mampu mengetahui kenikmatan jiwa yang aku peroleh. Kenikmatan yang aku lihat dengan perasaan bahagia, walupun orang mengumpat dan mengutuki aku. Semua hinaan, sumpah serapah yang ...

Tawa Terakhir Joko Pinurbo Oleh: Hengky Dj

Sabtu sore waktu surabaya, maghrib mengambang diatas gedung sekolah dasar Klampis Ngasem 1, berisiknya suara kendaraan, lalu lalang membuat jalanan harus lebih dipenuhi dengan kesabaran. Melepas lelah dengan secangkir teh panas dan lantunan   musik Bosonova adalah cara laki-laki seperti kami mengusir segala keletihan yang membombardir tubuh. Pesan singkat dari Andri Kurniawan seorang guru sejarah yang gila akan sastra, membawa pesan duka bahwa Joko Pinurbo telah pulang dan selesai dengan puisinya. Iya… Untuk selamanya!. Kabar sedih teruntuk sastra Indonesia. Joko Pinurbo, si penyair dengan kreativitas melampaui batas, telah menghembuskan napas terakhirnya setelah melawan penyakit yang tak kalah kerasnya dari kepalanya yang selalu dipenuhi kata-kata indah. Ketika berita wafatnya Joko Pinurbo mencuat, dunia sastra Indonesia seakan kehilangan bintangnya yang selalu mampu membuat kata-kata berdansa seperti orang kesetanan di atas kertas kosong. Para penggemar sastra yang biasanya ten...

Diskon Keadilan: 6,5 Tahun

Panggung keadilan negeri ini kembali menyuguhkan drama yang lebih mengguncang daripada sinetron prime time. Kali ini, Harvey Moeis, seorang pengusaha sekaligus suami dari artis ternama Sandra Dewi, sukses mendapatkan "promo akhir tahun" berupa hukuman hanya 6,5 tahun penjara atas dugaan korupsi dana sebesar 300 triliun rupiah . Sebuah angka yang cukup untuk menutupi defisit APBN, tapi malah menjadi tiket emas untuk "liburan berfasilitas eksklusif." Bayangkan, dana sebesar itu bisa membangun puluhan rumah sakit, ribuan sekolah, atau bahkan menggaji ribuan guru honorer hingga tuntas. Tapi sayangnya, rakyat kecil hanya bisa gigit jari, sementara sang pelaku menikmati hasil jerih payah "dana abadi" rakyat. Adakah yang lebih ironis dari ini? 1.        Keadilan ala Negeri Dongeng Seperti di negeri dongeng, keadilan di negara ini terasa seperti cerita fiksi. Untuk mereka yang punya nama besar dan hubungan erat, hukum menjadi elastis—mudah dilenturkan. Band...