Skip to main content

MANUSIA TETAPLAH MANUSIA

Adakah hati yang seperti lilin rela hangus terbakar dan sirna untuk menghindarkan dari kegelapan memberikan kenyamanan serta kebahagian menekan getaran dihati untuk kebahagian orang lain? benarkah ada hati yang memiliki kelembutan jiwa, bisa menanggalkan selubung kemanusiaannya dan terbang menjadi manusia super. Berjiwa dewa berhati malaikat dan bersedia menyerahkan apa yang ia miliki untuk musuh sekalipun? mampu menekan bahkan mengubur segala ambisi kecuali ambisi untuk membahagiakan orang lain.

Jika ada manusia seperti itu maka kita perlu berguru mengenai perasaan cinta kasih yang saat ini sudah menjadi Barang langka dinegeri yang memiliki budaya adi luhung ini. Atau mungkin jiwa seperti itu, hanya dimiliki orang yang sedang dibelai desir lembut angin cinta? sehingga dengan cinta, yang kerap disebut ” Mansion of God “Sabda Tuhan” manusia memiliki kepekaan jiwa,dan mengangkat dimensi kemanusiaan menjadi sebaik bentuk Insan Kamil (bukan Medina Kamil) atau manusia sempurna.Manusia selalu ingat tenggang rasa dengan manusia lain, ikut menangis jika melihat penderitaan orang lain,hanyut dalam ratapan kesedihan orang-orang yang merana,marah bersama kaum tertindas, bangkit mengangkat kesaksian bersama kaum kusam,serta tidak ikut menjarah,mengadili, menilai ,merampas hak dan kebahagiaan orang lain.

Manusia yang dalam hatinya ada satu partikel bermuatan “Tepo sliro mampu menghadirkan kesejukan menawarkan kebahagiaan memberikan penghargaan pada manusia lain tanpa harus memandang perbedaan suku, agama ras dan budaya. Jika memang cinta bisa menghadirkan jiwa-jiwa yang tercerahkan, menjadikan manusia seperti matahari yang memberi sinar kepada siapapun maka kita perlu mencari cinta yang sejak beberapa waktu terakhir nyaris punah dinegeri yang penuh sopan santun ini.

Atau mungkin seorang manusia memang diberi anugerah oleh tuhan untuk mengurai haqeqat cinta, agar dapat menjadi pelajaran mengabarkan SABDA TUHAN” dalam hati agar manusia bercermin sesekali menghapus daki-daki dengan pembersih MORAL dan terkadang memakai bedak ETIKA serta parfum TAULADAN sehingga manusia dapat berbenah diri dan selalu tampil menyenangkan bagi manusia lain.

Jika memang demikin mengapa tuhan tidak memberi anugerah pada bangsa beragama ini seorang manusia yang dapat membawa kesejukan memadamkan bara api dendam dan ambisi tanpa batas? Walaupun kita sering berguru pada Muhammad SAW tentang ketulusan jiwa, menyimak wejangan kelembutan dari Isa Almasih, berdiskusi tentang bagaimana menjadi orang bijak pada Sidharta Budha Gautama, atau sesekali asyik masyuk merasakan mahabbah dengan Jellaludin Rumi,menghayati kepedihan dan menerbangkan angan-angan dibawah bimbingan Kahlil Gibran,dan masih banyak tokoh lain, tapi mengapa keakraban kita dengan mereka tidak pernah berbuah pada tingkah laku berbangsa dan bernegara? mengapa justeru perilaku kita sangat dekat dengan Machiavelli, Mussolini, Hitler, Dasamuka, Mak Lampir dan tokoh-tokoh bengis yang lain?

Atau mungkin keindahan dunia dan kebaikan manusia hanya ada disyair para penyair, diangan-angan kaum pecinta, goresan kuas para pelukis, di suara merdu bak buluh perindu para penyanyi, dikepusingan para kaum filosof, dalam rumus-rumus memabukan kaum cerdik pandai? sebab cinta, keindahan dunia, kebaikan manusia tidak pernah hadir dalam diri kita.

Senantiasa kita melihat amuk dandam,api peperangan,ambisi tirani,mantra-mantra membius dan memabukkan para diri yang menyebutnya sebagai manusia yang semua itu tidak indah ,tidak baik dan tidak sesuai dengan haqeqat cinta.
bahkan Para jenderal perang selalu dengan lantang mengatakan"Atas dasar cinta tanah air, mari kita bunuh musuh kita "kaum agamawan juga acap kali mengkhotbahkan "Atas dasar kebaikan dan keluhuran agama, mari kita lawan kaum pendosa "para politisi berorasi" kita berkewajiban menegakkan negara dan hukum, karena itu siapapun yang menghalangi jalan kita harus dilibas dan dihabisi,darah mereka halal".

Bukankah nyawa, keadilan serta nilai para pendosa adalah milik tuhan? lantas atas seijin siapa manusia boleh menghilangkan, menghakimi semaunya atas dasar perintah dan kewenangan siapa harapan, kebahagian dipenggal, tubuh-tubuh terpanggang, kaki dan tangan diamputasi? apakah semua itu dilakukan untuk cinta,kebaikan dan keluhuran? jika cinta, kebaikan dan keluhuran berarti kita boleh memenggal kepala dan membakar badan,maka alangkah baiknya jika tidak ada cinta, tidak ada kebaikan dan keluhuran.

Mengapa harus kekacauan, penindasan, kekerasan masih terjadi sampai saat ini? manusia yang sejak semula sudah akrab dengan kekerasan, setan menipu Adam pembunuhan antar dua putra Adam dan berbagai kekerasan lain yang selalu menyertai perjalanan kehidupan tanpa kekerasan membayangkan kekuatan cinta yang dapat membuat manusia berkhayal membayangkan kehidupan membayangkan kekuatan cinta yang dapat membuat manusia berhati suci seperti malaikat.

Jika agama telah menjadi dogma-dogma maka doa-doa akan kehilangan makna

jika cinta sudah menjadi rumus-rumus logika, maka kasih sayang akan terpenjara,

jika agamawan selalu menganggap orang lain kotor, maka kesucian hanya bahan gurauan,

jika kaum lelaki menganggap kaum wanita adalah tubuh tanpa rasa maka akal sehat sudah terbekukan dan

jika kaum perempuan menganggap lelaki adalah mesin maka kelembutan sudah tidak berarti,

jika penguasa menganggap rakyat adalah masa maka hukum akan selalu diludahi,

jika sesama manusia menilai manusia adalah deretan kepala, maka kebenaran hanyalah fatamorgana,dan 

jika kasih sebagai manusia sudah dianggap barang dagangan,maka dunia sudah berada diujung kehancuran.

Comments

Popular posts from this blog

Magis NoveL Sang Penyair Karya Mustafa Lutfi Al-Manfaluti

Novel Sang Penyair karya Mustafa Lutfi el-Manfaluti,  Sebuah novel yang amat biasa ketika pertama kali aku menemukan di pojok rak Perpustakaan SMA dulu,  sampul sederhana hanya gambar orang eropa dengan judul sekadarnya saja" simple sekali, fikirku saat itu , dan belum tentu novel  ini bakal menyajikan balada yang membius pembacanya. Novel dengan tebal315 halaman  aku bawa pulang kerumah dan membacanya  per halaman  saking tebalnya novel itu7 hampir tuntas tiga minggu lebih, dan ada sesuatu yang menarik kutemukan. kau bisa membaca dan menyelami sambil menikmati secangkir kopi.    Kau tahu, inilah salah satu kelemahan jiwaku. Kelemahan yang aku nikmati dan aku kagumi satu-satunya. Dengan hidup seperti ini, aku memperoleh kenikmatan yang luar biasa dan engkau tak akan mampu mengetahui kenikmatan jiwa yang aku peroleh. Kenikmatan yang aku lihat dengan perasaan bahagia, walupun orang mengumpat dan mengutuki aku. Semua hinaan, sumpah serapah yang ...

Tawa Terakhir Joko Pinurbo Oleh: Hengky Dj

Sabtu sore waktu surabaya, maghrib mengambang diatas gedung sekolah dasar Klampis Ngasem 1, berisiknya suara kendaraan, lalu lalang membuat jalanan harus lebih dipenuhi dengan kesabaran. Melepas lelah dengan secangkir teh panas dan lantunan   musik Bosonova adalah cara laki-laki seperti kami mengusir segala keletihan yang membombardir tubuh. Pesan singkat dari Andri Kurniawan seorang guru sejarah yang gila akan sastra, membawa pesan duka bahwa Joko Pinurbo telah pulang dan selesai dengan puisinya. Iya… Untuk selamanya!. Kabar sedih teruntuk sastra Indonesia. Joko Pinurbo, si penyair dengan kreativitas melampaui batas, telah menghembuskan napas terakhirnya setelah melawan penyakit yang tak kalah kerasnya dari kepalanya yang selalu dipenuhi kata-kata indah. Ketika berita wafatnya Joko Pinurbo mencuat, dunia sastra Indonesia seakan kehilangan bintangnya yang selalu mampu membuat kata-kata berdansa seperti orang kesetanan di atas kertas kosong. Para penggemar sastra yang biasanya ten...

Diskon Keadilan: 6,5 Tahun

Panggung keadilan negeri ini kembali menyuguhkan drama yang lebih mengguncang daripada sinetron prime time. Kali ini, Harvey Moeis, seorang pengusaha sekaligus suami dari artis ternama Sandra Dewi, sukses mendapatkan "promo akhir tahun" berupa hukuman hanya 6,5 tahun penjara atas dugaan korupsi dana sebesar 300 triliun rupiah . Sebuah angka yang cukup untuk menutupi defisit APBN, tapi malah menjadi tiket emas untuk "liburan berfasilitas eksklusif." Bayangkan, dana sebesar itu bisa membangun puluhan rumah sakit, ribuan sekolah, atau bahkan menggaji ribuan guru honorer hingga tuntas. Tapi sayangnya, rakyat kecil hanya bisa gigit jari, sementara sang pelaku menikmati hasil jerih payah "dana abadi" rakyat. Adakah yang lebih ironis dari ini? 1.        Keadilan ala Negeri Dongeng Seperti di negeri dongeng, keadilan di negara ini terasa seperti cerita fiksi. Untuk mereka yang punya nama besar dan hubungan erat, hukum menjadi elastis—mudah dilenturkan. Band...