Terik di atas semakin
terasa begitu dekat.
keringat
menetes bersama pandangan yang semakin kabur.
berat langkah,bimbang di dada.
masihkah..jalan kan tertapak
di simpang hati yang semakin menyerupai retakan tanah.
bolehkah terik membingkis senyum yang tertup kelabu awan.
bolehkan badan bersandar akan semua kelelahan
berat langkah,bimbang di dada.
masihkah..jalan kan tertapak
di simpang hati yang semakin menyerupai retakan tanah.
bolehkah terik membingkis senyum yang tertup kelabu awan.
bolehkan badan bersandar akan semua kelelahan
atas
kerinduan yang tak sampai pada hujan.
boleh kah cemara yang teduh memeluk kelopak mata
boleh kah cemara yang teduh memeluk kelopak mata
bahwa
ini adalah kenyataan.
adakah dara dengan jari manis bersulang
adakah dara dengan jari manis bersulang
atas dahaga di atas tanah yang menantikan
hujan.
adakah nyonya sekadar hadir di bilik suara memanggil nan rintih.
jalan kadang terlihat maya mungkin kah hujan kian kan turun.
langit masih terhambar di atas ubun ubun dan kloase ingatan.
awan berselimut pekat kan lalu
hujan kan tiba di atas tanah dimana aku mendekap segalanya.
adakah nyonya sekadar hadir di bilik suara memanggil nan rintih.
jalan kadang terlihat maya mungkin kah hujan kian kan turun.
langit masih terhambar di atas ubun ubun dan kloase ingatan.
awan berselimut pekat kan lalu
hujan kan tiba di atas tanah dimana aku mendekap segalanya.
halaman
masih terlampir bersama abjad yang membentuk sebuah kata,
beranjak pada kalimat bahwa bahasa paling
indah adalah cinta,
untuk
sejenak saja di tadah gubuk reok nan rapuh,
beberpa
aku melihat gagak gagak mulai ikut dalam peraduan,
adakah es teh
yang terhidang di atas meja berpangku harap.
bahwa di
tengah halaman,,sayup sayup
pandang maya di antara kalimat entah komah,
atau titik
di lautan ilmu
di atas tanah para pahlawan
Kembalilah...dalam
harap dan do'aku.
Comments
Post a Comment