Ibu kota kembali menyuguhkan kepilauan di saat ubun-ubunku masih mbeliyeng memikirkan tugas akhir. Mei menjadi saksi akan pahitnya aksi ibu kota dan membuatku gatal menyaksikan potret akan aksi demikian. di saat senja mengambang menunggu bedug maghrib ku pesan Es teh untuk berbuka, sembari jariku berontak menulis paragraf demi paragraf sebagai luapan bahwa " aku ancen tresno Karo negoroku" . Untuk siapapun, ibu, bapak dengan dasi dan jas hitam yang membuat engkau begitu gagah.sore ini menunggu berbuka puasa agak bgtu lama rasanya. Oh iyaa bolehkah aku bertanya benarkah seorang penyair yang memiliki kelembutan jiwa, bisa menanggalkan selubung kemanusiaannya,dan terbang menjadi manusia super.berjiwa dewa berhati malaikat,dan bersedia menyerahkan apa yang ia miliki untuk musuh sekalipun?mampu menekan bahkan mengubur segala ambisi.kecuali ambisi untuk membahagiakan orang lain. Jika ada manusia seperti itu.maka kita perlu berguru mengenai perasaan cin...
Saya Masih Penasaran Sampai Sekarang Juga,