Langit Surabaya , Sudah diambang petang kala senja hampir raib diubun perempuan berambut putih itu. Aku pernah mendengar bahwa surgaku ada dibawa telapak kaki ibu? Sampai dewasa ini pula aku masih berangan-angan membayangkan surga itu seperti apa? bertambah sudah angka di kepala. bahwa pada akhirnya tak ada yang tunggal, bahwa kembali itu berati pulang “ kala aku ingat petikan puisi dari Mbah Joko Pinurbo dalam puisi kamus kecilnya yang dibacakan tempo lalu di salah satu acara televisi. Malam menjemput bersama kumandang adzan magrib, lamunanku merintih bersama teriakan gagak- gagak bahwa rasanya aku masih ingin berloncat seperti bocah, menikmati hari minggu dan bermain tanah liat, mendamba dengan mata yang sayu saat masih dipangku, menyusu dengan jiwa polos dan suci. Waktu mengajak berlari di atas aspal Surabaya masih terasa begitu panas oleh kuda kuda besi yang simpang siur merambat seperti air mengalir. Panda...
Saya Masih Penasaran Sampai Sekarang Juga,