Terik di atas semakin terasa begitu dekat. keringat menetes bersama pandangan yang semakin kabur. berat langkah,bimbang di dada. masihkah..jalan kan tertapak di simpang hati yang semakin menyerupai retakan tanah. bolehkah terik membingkis senyum yang tertup kelabu awan. bolehkan badan bersandar akan semua kelelahan atas kerinduan yang tak sampai pada hujan. boleh kah cemara yang teduh memeluk kelopak mata bahwa ini adalah kenyataan. adakah dara dengan jari manis bersulang atas dahaga di atas tanah yang menantikan hujan. adakah nyonya sekadar hadir di bilik suara memanggil nan rintih. jalan kadang terlihat maya mungkin kah hujan kian kan turun. langit masih terhambar di atas ubun ubun dan kloase ingatan. awan berselimut pekat kan lalu hujan kan tiba di atas tanah dimana aku mendekap segalanya. halaman masih terlampir bersama abjad yang membentuk sebuah kata, beranjak pada kalimat bahwa bahasa paling indah adalah cinta, untuk sejenak saja...